Senin, 21 November 2016

langit 7 dalam penjelasan ilmiah

Langit merupakan bagian atas dari permukaan bumi yang memiliki komposisi berupa gas dan udara. Pada siang hari, langit cerah biasanya akan terlihat biru yang disebabkan adanya pemantulan cahaya. Namun langit juga akan berubah warna jika menjelang sore dan malam atau ketika akan turun hujan. 

Langit tidak hanya menyajikan keindahan dan fenomena alam yang menakjubkan saja, namun juga penuh dengan misteri. Salah satunya misteri tentang langit yang tidak hanya terdiri dari satu lapis, namun memiliki tujuh lapisan dan mempunyai  fungsi berbeda. 

Sejak kemunculannya 1400 tahun silam, Al-quran sebagai kitab yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sudah menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan langit sebanyak tujuh lapis. Bahkan dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW sudah sampai ke sana untuk menerima perintah Shalat dari Allah. 

Manusia terus mencari pembenaran ilmiah  tentang ucapan Allah dalam Al-quran tersebut. Hasilnya, mereka baru berhasil menemukan kebenaran bahwa langit memang memiliki tujuh lapisan pada abad ke-20. Padahal kebenaran ini sudah ada dalam Al-Qur’an sejak ribuan tahun yang lalu. 

Allah menjelaskan dalam Surat 2 Al-Baqarah ayat 29 bahwa langit memiliki tujuh lapisan dan memiliki fungsi yang berbeda. Arti ayat tersebut adalah sebagai berikut. 

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan dia maha mengetahui segala sesuatu. (Surat 2 Al-Baqarah ayat 29)

Ayat lain yang menyatakan bahwa Langit itu terdiri dari 7 lapis adalah dalam Surat 41 Fushshilat ayat 11, yang artinya:

Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang maha perkasa lagi maha mengetahui. (Surat 41 Fushshilat ayat 11).

Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap lapisan langit memiliki urusannya sendiri-sendiri. Hal ini berarti setiap lapisan langit memiliki fungsi masing-masing.

Barulah pada abad 20 ini, para ilmuan membuktikan kebenaran Al-Qur’an tentang adanya tujuh lapisan dilangit. Adalah sebuah keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin ditemukan tanpa teknologi canggih abad ke-20, secara jelas dinyatakan oleh Al Qur’an 1.400 tahun yang lalu. 

Para Ilmuwan telah menemukan bahwa bumi diselimuti 7 lapisan atmosfer yang dibedakan berdasarkan kepadatan serta ketinggiannya dengan beragam manfaat masing-masing yang dimiliki setipa lapisan tersebut.
  1. Troposfer, lapisan terdekat bumi yang membentuk sekitar 90% dari keseluruhan berat atmosphere.
  2. Stratosfer, lapisan diatas tropospher.
  3. Ozonosfer, lapisan yang mengembalikan sebagian besar sinar Ultraviolet dan radiasi bahaya lainnya.
  4. Mesosfer, lapisan diatas Ozonospher.
  5. Termosfer, lapisan diatas Mesosfer.
  6. Ionosfer, lapisan dimana gas-gas terionisasi membentuk lapisan ini.
  7. Eksosfer, bagian terluar dari Atmosfer yang membentang
Demikian penjelasan ilmiah tentang misteri langit ke tujuh dalam Al-Qur’an. Semoga informasi ini bisa memberi pengetahuan baru untuk anda.



sumber : http://www.infoyunik.com/2015/02/penjelasan-ilmiah-tentang-misteri.html

NEBULA DALAM AL-QUR'AN

Teori Nebula hanyalah satu dari sekian banyak teori tentang pembentukan alam semesta. Kita tahu, ada tiga sosok yang dikait-kaitkan dengan teori ini: Emanuel Swedenborg, Immanuel Kant dan Pierre-Simon Laplace. Kita juga tahu bahwa Swedenborg-lah yang pertama kali mengemukakannya di tahun 1737, lantas disempurnakan oleh Kant pada tahun 1755 lewat bukunya yang diberi judul Universal Natural History and Theory of the Heavens. Pada tahun 1796, Laplace juga mempublikasikan teori yang sama, tetapi dengan pendekatan yang berbeda (kasus ini hampir serupa seperti sejarah penemuan kalkulus antara Sir Isaac Newton dan Gottfried Wilhelm Leibniz). Namun yang akan kita bahas disini bukanlah proporsi dari teori yang dikemukakan oleh ketiga cendikiawan tersebut, tetapi lebih kepada koherensinya dengan satu ayat Al-Quran yang artinya lebih kurang:
Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, ‘Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa.’ Keduanya menjawab, ‘Kami datang dengan patuh’.
[QS. Fussilat: Ayat 11]
Dari ayat di atas, jelas dikatakan bahwa ‘langit masih berupa asap’. Asap disini dapat kita definisikan sebagai kabut. Sedangkan kabut adalah esensi dari teori nebula yang mahsyur itu. Pertanyaan yang terkesan konyol namun perlu kita ajukan untuk menanggapi hal ini adalah “apakah Swedenborg, Kant dan Laplace membaca Al-Quran?



Dari surah Ar-Rahman ayat 37 dan Teleskop Hubble melalui NASA. Al-Quran telah menyebutkan hampir 1415 tahun yang lalu tentang 'Cat Eye Nebula'. Yaitu bintang yang jaraknya 3.000 tahun cahaya meledak dan menciptakan fenomena mawar merah ini. 'Oily Red Rose Nebula' ini telah dinyatakan dalam surah Ar-Rahman ayat 37 yaitu " Ketika langit terkoyak, menjadi mawar merah seperti kilatan minyak."

Ini perlu, mengingat Al-Quran adalah kitab suci pertama yang mengemukakan Teori Nebula, berabad-abad mendahului ketiga filsuf tersebut. Memang kalau ditilik secara mendalam, Swedenborg pernah mengemukakan pendapatnya tentang Islam (dia menyebut orang Islam dengan sebutan Mohammedans) di dalam buku Last Judgment Posthomus yang dipublikasikan pada tahun 1762. Dalam buku itu dia tidak menuangkan pendapatnya secara pasti apakah Al-Quran itu wahyu ilahi atau bukan, tetapi dia mengatakan bahwa kitab itu ditulis langsung oleh Nabi Muhammad, meskipun secara historis dia keliru. Dengan demikian, artinya Swedenborg telah membaca Al-Quran. Perihal Kant, kita bisa melihat pada kopian sertifikat thesis doktoralnya yang berangka tahun 1755. Jika dicermati dengan teliti, disana tertera dengan jelas kalimat basmalah yang ditulis langsung dengan bahasa Arab. Selain itu, menurut Roger Garaudy, pandangan Kant tentang ‘imajinasi trasendental’ dalam penciptaan, sangat dekat dengan pandangan filsuf dan sufi wujudiyah Ibnu Arabi. Menanggapi hal itu, barangkali kita akan tenggelam dalam skeptisme yang panjang. Namun secara rasional, bisa disimpulkan bahwa Kant juga telah membaca Al-Quran. Oia, kita hampir melupakan Laplace. Amat sedikit bukti kedekatan Laplace dan Al-Quran. Yang ada justru kisah tentang penyangkalannya kepada Sang Pencipta tatkala Napoleon bertanya padanya tentang penciptaan alam semesta. Lagi pula, dia baru menyimpulkan teorinya belakangan. Dan itu dapat menjadi alasan kuat, bahwa mau tidak mau, Laplace terpengaruh oleh ide Swedenborg dan Kant. Nah. Sekarang kita ambil sisi positifnya. Meskipun Swedenborg dan Kant telah membaca Al-Quran, toh itu tidak akan menjadikan mereka secara instan sebagai mualaf. Hal ini bisa disamakan dengan para ahli hukum yang sudah membaca Pancasila dan UUD ’45, tapi tetap saja menerima suap. Atau dokter yang membaca kode etik Hipokrates, tapi tetap setengah hati menolong orang sakit sebelum pakai uang muka.

sumber : http://www.vemale.com/galeri/6-tanda-keajaiban-dan-kebesaran-sang-pencipta.html
https://www.google.co.id/url?winarworld.wordpress.com%2F2016%2F02%2F15%2Fteori-nebula-dan-satu-ayat-dari-al-quran